Kamis, 01 Juni 2017

TUGAS MAKALAH SOSIAL BUDAYA DASAR


MAKALAH
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN






Disusun Oleh :
FAHRI GUMILANG





Untuk Memenuhi Penilaian Mata Kuliah Sosial Budaya Dasar
Tahun Akademik 2016 / 2017






 


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANDUNG
2017













KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Masyarakat Pedesaan dan Perkootaan.
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Nashrun Minallah Wa Fathun Qarib

Indramayu,  01 Juni 2017

Penulis






DAFTAR ISI


JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah ................................................................1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A.    Pengertian Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional) .......... 2
B.     Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik) ...................................... 4
C.     Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat Perkotaan ...... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 9
A.    Kesimpulan .................................................................................... 9
B.     Saran – saran ................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11





BAB I
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang Masalah
Masyarakat pedesaan di Indonesia tergolong masyarakat yang sangat jauh tertinggal, hal ini disebabkan keberedaan wilayah yang jauh dari pusat pembangunan Nasional, bahkan hampir tidak tersentuh oleh pembangunan Nasional. Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk memahami masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan masalah pembangunan pedesaan.
Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang memanfaatkan metode, pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif dalam meriset masalah sosial masyarakat pedesaan.
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang lebih baik di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata pencaharian terbesar dibandingkan di pedesaan. Mereka juga menganggap bahwa kehidupan di kota lebih baik daripada di desa. Namun, pada kenyataannya kehidupan di kota tidak sebaik yang mereka bayangkan. Dalam hal ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang ruang lingkup perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat kota

B.     Rumusan Masalah
Masyarakat desa dengan kota sering menjadi perdebatan dalam hal perbedaan maupun interaksi. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti tentang masyarakat desa dan kota yaitu:
1.      Memahami pengertian masyarakat desa
2.      Mengetahui ciri-ciri sosial masyarakat desa
3.      Mengetahui perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut : Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Sedang menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
1.      Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2.      Ada pertalian perasaan yang sama  tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3.      Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Dalam kamus sosiologi kata tradisional dari bahasa Inggris, Tradition artinya Adat istiadat dan kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari defenisi tersebut, sebetulnya desa merupakan bagian vital bagi keberadaan bangsa Indonesia. Vital karena desa merupakan satuan terkecil dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Selama ini terbukti keragaman tersebut telah menjadi kekuatan penyokong bagi tegak dan eksisnya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh.
Memang hampir semua kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan pembangunan desa mengedepankan sederet tujuan mulia, seperti mengentaskan rakyat miskin, mengubah wajah fisik desa, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memberikan layanan social desa, hingga memperdayakan masyarakat dan membuat pemerintahan desa lebih modern. Sayangnya sederet tujuan tersebut mandek diatas kertas. Karena pada kenyataannya desa sekedar dijadikan obyek pembangunan, yang keuntungannya direguk oleh actor yang melaksanakan pembangunan di desa tersebut : bisa elite kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Di desa, pembangunan fisik menjadi indicator keberhasilan pembangunan. Karena itu, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang ada sejak tahun 2000 dan secara teoritis memberi kesempatan pada desa untuk menentukan arah pembangunan dengan menggunakan dana PPK, orientasi penggunaan dananyapun lebih untuk pembangunan fisik. Bahkan, di Sumenep (Madura), karena kuatnya peran kepala desa (disana disebut klebun) dalam mengarahkan dana PPK untuk pembangunan fisik semata, istilah PPK sering dipelesetkan menjadi proyek para klebun.
Menyimak realitas diatas, memang benar bahwa yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah “ Pembangunan di desa” dan bukan pembangunan untuk, dari dan oleh desa.
Desa adalah unsur bagi tegak dan eksisnya sebuah bangsa (nation) bernama Indonesia. Kalaupun derap pembangunan merupakan sebuah program yang diterapkan sampai kedesa-desa, alangkah baiknya jika menerapkan konsep : ” Membangun desa, menumbuhkan kota ”.
Konsep ini, meski sudah sering dilontarkan oleh banyak kalangan, tetapi belum dituangkan ke dalam buku yang khusus dan lengkap. Inilah tantangan yang harus segera dijawab.


B.     Ciri-ciri Masyarakat desa (karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “ Talcot Persons ” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan  tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain  dan menolongnya tanpa pamrih.
2.      Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
3.      Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja. (lawannya Universalisme)
4.      Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan. (lawannya prestasi).
5.      Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.


C.    Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dan Masyarakat Perkotaan
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan. Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku.
Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
1.      Sederhana
2.      Mudah curiga
3.      Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4.      Mempunyai sifat kekeluargaan
5.      Lugas atau berbicara apa adanya
6.      Tertutup dalam hal keuangan mereka
7.      Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8.      Menghargai orang lain
9.      Demokratis dan religious
10.  Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan. Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.
1.      Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
2.      Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
3.      Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
4.      Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
5.      Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
6.      Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya, masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.
Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:

Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Kota
  • Perilaku homogeny
  • Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
  • Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
  • Isolasi sosial, sehingga statik
  •  Kesatuan dan keutuhan kultural
  • Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
  •  Kolektivisme
  • Perilaku heterogen
  • Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
  • Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
  • Mobilitas sosial, sehingga dinamik
  • Kebauran dan diversifikasi kultural
  • Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular
  • Individualisme

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan  sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain :
1.      jumlah dan kepadatan penduduk
2.      lingkungan hidup
3.      mata pencaharian
4.      corak kehidupan sosial
5.      stratifiksi sosial
6.      mobilitas sosial
7.      pola interaksi sosial
8.      solidaritas sosial
9.      kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional





BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Manusia menjalani  kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain, maka dari itu manusia disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah SWT yang artinya : “ Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (bersosialisasi)” (Al-Hujurat :13).
Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong  atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun diperkotaan.
Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial,  yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat, mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang aman, tenang  dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung tertinggal.
B.     Saran – saran
Pembangunan Wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya sumber daya manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok untuk diselesaikan dan paradigma yang sempit bahwa dengan mengadu nasib dikota maka kehidupan menjadi bahagia dan sejahtera menjadi masalah serius.  Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus mengalirnya investasi dari kota dan juga menerapkan desentralisasi otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling mendukung dalam segala aspek kehidupan.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineke Cipta.
2.      Kosim, H, E. 1996. Bandung : Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari
3.      Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami.
4.      Jakarta : Kompas 1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta : Yudistira
5.      http://makalahuniq.blogspot.co.id/2015/10/makalah-masyarakat-desa-dan masyarakat_26.


Rabu, 26 April 2017

TEORI ERG ALDERFER

TEORI ERG ALDERFER
Sepaham dengan Maslow, Alderfer mengatakan bahwa setiap orang memang mempunyai kebutuhan yang tersusun dalam satu hirarki, tetapi kebutuhan hanya meliputi tiga peringkat.

Tiga peringkat kebutuhan tersebut adalah:
Eksistensi (existency): adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor makanan, air, udara, upah dan kondisi kerja.
Hubungan (relatedness): adalah kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan antar pribadi yang bermanfaat.
Pertumbuhan (growth): adalah kebutuhan di mana individu merasa puas dengan membuat suatu kontribusi yang kreatif dan produktif.
Teori ini menyatakan ada tiga kelompok dengan kebutuhan inti yang berlainan, yaitu existence, relatedness dan growth. Kelompok existence memperhatikan pada terpenuhinya kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisik, dan kebutuhan akan keamanan. Kelompok relatedness memperhatikan pada terpenuhinya kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan eksternal.

Kelompok growth mempertahankan pada terpenuhinya kebutuhan penghargaan internal dan kebuhan akan aktualisasi diri.
Dua perbedaan antara teori kebutuhan Maslow dan teori ERG. Teori kebutuhan Maslow menyatakan bahwa kebutuhan terpenuhi secara bertingkat, sedangkan teori ERG dapat dipenuhi secara bersamaan. Dalam teori Maslow, apabila pemenuhan kebutuhan telah terjadi, maka individu akan memenuhi kebutuhan sesudahnya yang lebih tinggi, namun dalam teori ERG, apabila pemenuhan kebutuhan telah terjadi, maka motivasi akan melemah dan individu akan berusaha memenuhi kebutuhan yang sebelumnya.

Kamis, 06 April 2017

TUGAS MAKALAH SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA



SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA
DI INDRAMAYU

 
Disusun Oleh :
FAHRI GUMILANG

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
   Mata Kuliah Sistem Sosial Dan Kebudayaan Indonesia







PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANDUNG
2017



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan  segenap  kerendahan hati, Penulis mengucapkan puji syukur  kehadirat Allah SWT, yang telah  melimpahkan rahmat, taufik  serta  hidayah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul Sistem Sosial Dan Budaya Indonesia di Indramayu ”.
Shalawat  serta  salam senantiasa terlimpahkan  kepada  junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari zaman jahiliyah  menuju  zaman yang terang  benderang.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi Penulis karena dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kasalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Amiin.

Haurgeulis, 03 Maret 2017

Penulis
 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 1
1.3 Batasan masalah..................................................................... 2
1.4 Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
2.1 Pengertian Sistem..................................................................... 3
2.2 Pengertian Sistem Sosial........................................................... 3
2.3 Pengertian Sistem Budaya....................................................... 4
2.4 Pengertian Sistem Sosial Budaya............................................. 5
2.5 Pengertian Sistem Sosial dan Budaya Indonesia....................... 5
2.6 Bagaimana Sistem Sosial Masyarakat Indramayu..................... 6
2.7 Gambaran Umum Perkembangan dan Ragam Budaya Indramayu................................................................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................ 19
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 19
3.2 Saran................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 21
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang sangat luas dengan berbagai corak penduduk yang beraneka ragam. Dengan adanya berbagai macam corak keanekaragaman yang ada, Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya, diantaranya antara lain adalah adanya berbagai macam suku, agama, adat istiadat, budaya, bahasa dan lain-lain. Namun hebatnya, dengan berbagai perbedaan-perbedaan yang ada ternyata tidak membuat Indonesia mengalami disintegrasi. Akan tetapi perbedaan-perbedaan itu membuat Indonesia tetap terintegrasi secara solid. Perbedaan-perbedaan itu semua menjadi kekayaan yang unik tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Dengan adanya demikian, menjadi sangat menarik untuk dikaji dan dianalisis mengenai sistem sosial dan sistem budaya yang ada di Indonesia. Serta bagaimanakah kaitan antara sistem sosial dan sistem budaya yang ada di Indonesia tersebut.
Jika kita melihat wilayah Indonesia yang begitu luas, tentu ini akan membuat kita terkagum. Bagaimana tidak, wilayah Indonesia yang terbentang begitu luas yang dimulai dari Sabang sampai Merauke memiliki berbagai keunikan-keunikan yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Mulai dari wilayah maritim yang terdiri dari hamparan laut yang luas, daratan yang subur yang sangat cocok untuk lahan pertanian, pulau-pulau yang indah yang terbentang luas dan berbagai keunikan lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah Pengertian Sistem ?
2.      Apakah Pengertian Sistem Sosial ?
3.      Apakah Pengertian Sistem Budaya ?
4.      Apakah Pengertian Sistem Sosial Budaya ?
5.      Apakah Pengertian Sistem Sosial Dan Budaya Indonesia ?
6.      Bagaimana Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat Indramayu ?
7.      Bagaimana Gambaran Umum Perkembangan dan Ragam Budaya Indramayu ?

1.3 BATASAN MASALAH

Indonesia menjadi negara yang kaya akan budaya, diantaranya antara lain adalah adanya berbagai macam suku, agama, adat istiadat, budaya, bahasa dan lain-lain.Karena cangkupan sistem sosial kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, maka penulis membatasi penelitian hanya dari keseluruhan gambaran sistem sosial dan kebudayaan yang terdapat di daerah Indramayu Serta perkembangnnya sampai dengan sekarag ini.

1.4 TUJUAN 
  1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sistem, Sistem Sosial, Sistem Budaya, dan Sistem Sosial Budaya Indonesia.
  2. Menghargai dan memahami wujud kebudayaan yang telah ada dan melestarikannya sebagai bentuk warga negara yang baik.
  3. Memahami nilai dari Sistem Budaya Indonesia.
  4. Untuk mengetahui dan lebih memahami keragaman budaya di Indonesia Khusunya didaerah Indramayu.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam.  Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.

2.2 PENGERTIAN SISTEM SOSIAL
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan Sistem Sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Menurut Garna(1994),“ sistem sosial adalah suatu perangkat peran sosial yang berinteraksi atau kelompok sosial yang memiliki nilai-nilai, norma dan tujuan yang bersama ”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem sosial itu pada dasarnya ialah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Seperti yang diungkapkan oleh Parsons(1951), “ Sistem sosial merupakan proses interaksi di antara pelaku sosial ”.

2.3 PENGERTIAN SISTEM BUDAYA
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan istilah mentalitas. Mentalitas adalah kemampuan rohani yang ada dalam diri seseorang, yang menuntun tingkah laku serta tindakan dalam hidupnya. Pantulan dalam tingkah laku itu menciptakan sikap tertentu terhadap hal-hal serta orang-orang di sekitarnya. Sikap mental ini sebenarnya sama saja dengan sistem nilai budaya (culture value system) dan sikap (attitude)
Sistem nilai budaya (atau suatu sistem budaya) adalah rangkaian konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar suatu warga masyarakat. Hal itu menyangkut apa dianggapnya penting dan bernilai. Maka dari itu suatu sistem nilai budaya merupakan bagian dari kebudayaan yang memberikan arah serta dorongan pada perilaku manusia. Sistem tersebut merupakan konsep abstrak, tapi tidak dirumuskan dengan tegas.
Karena itu konsep tersebut biasanya hanya dirasakan saja, tidak dirumuskan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Itu lah juga sebabnya mengapa konsep tersebut sering sangat mendarah daging, sulit diubah apalagi diganti oleh konsep yang baru.
Bila sistem nilai budaya tadi memberi arah pada perilaku dan tindakan manusia, maka pedomannya tegas dan konkret. Hal itu nampak dalam norma-norma, hukum serta aturan-aturan. Norma-norma dan sebagainya itu seharusnya bersumber pada, dijiwai oleh serta merincikan sistem nilai budaya tersebut. Konsep sikap bukanlah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya dorong dalam diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh lingkungannya. Bagaimana pun juga harus dikatakan bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh kebudayaannya. Artinya, yang dianut oleh individu yang bersangkutan
Dengan kata lain, sikap individu yang tertentu biasanya ditentukan keadaan fisik dan psikisnya serta norma-norma dan konsep-konsep nilai budaya yang dianutnya. Namun demikian harus pula dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang sikap-sikap seseorang sulitlah menunjukkan ciri-cirinya dengan tepat dan pasti. Itulah juga sebabnya mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap sekelompok warga masyarakat dengan bertolak (hanya) dari asumsi yang umum saja.

2.4 PENGERTIAN SISTEM SOSIAL BUDAYA
Dari penjelasan di atas mengenai pengertian sistem, sistem sosial dan sistem budaya dapat dinyatakan secara sederhana dalam arti luas bahwa pengertian Sistem Sosial Budaya yaitu “ suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri serta bersama sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat.”

2.5 PENGERTIAN SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA INDONESIA
Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan dari istilah soial dan budaya. Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek kehidupan.  Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian sistem sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa dan cipta didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Degan demikian, sistem sosial budaya Indonesia memungkinkan setiap manusia mengembangkan dirinya dan mencapai kesejahteraan lahir batinnya selengkap mungkin secara merdeka sesuai dengan kata hatinya dalam kerangka pola berpikir dan bertindak yang berdasarkan pancasila.
Struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk pada nilai - nilai yang terkandung dalam pancasila yang terdiri atas :
1.      TATA NILAI 
Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara meliputi berikut ini.
a)      Nilai Agama 
b)      Nilai moral
c)      Nilai vital
d)     Nilai material ( raga)
2.      TATA SOSIAL 
Tata sosial indonesia harus berdasarkan :
a)      UUD 1945
b)      peraturan perundang-undangan lainnya
c)      Budi pekerti yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur
3.      TATA LAKU ( KARYA ) 
Tata laku pribadi atau keluarga, masyarakat bangsa dan Negara harus berpedoman pada :
a)      Norma Agama
b)      Norma Kesusilaan/kesopanan
c)      Norma Adat istiadat
d)     Norma Hukum setempat
e)      Norma Hukum Negara

2.6 BAGAIMANA SISTEM SOSIAL MASYARAKAT INDRAMAYU
Coba kita lihat aspek sosial budaya yang ada di Indonesia. Kita akan dikenalkan dengan berbagai keunikan budaya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Misalnya saja yang terdapat di Kabupaten Indramayu. Di Kabupaten Indramayu terdapat sistem sosial yang unik, sistem sosial itu merupakan sistem yang digunakan untuk mengatur perilaku-perilaku individu yang ada. Diantaranya adalah nilai-nilai sosial yang ada di sana. Di Kabupaten Indramayu khususnya di semua kecamatan ada sistem sosial unik yang terintegrasi  dan digunakan untuk mengendalikan perilaku individu. Sistem sosial tersebut mengajarkan kepada individu untuk memiliki kesadaran kolektif dalam hal apapun serta dalam kegiatan-kegiatan sosial apapun, misalnya kerja bakti mebersihkan jalan, selokan, maupun memperbaiki mushola. Disana setiap individu ditumbuhkan kesadaran kolektif untuk ikut aktif dalam kegiatan- kegiatan sosial. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga integrasi warga agar tetap menjalin kehidupan kebersamaan. Orang tua anak kecil yang ada disana memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian anak. Setiap anak memperoleh pendidikan sosial dari orang tuanya agar anaknya bisa hidup beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Dalam kegiatan seperti kerja bakti bersih-bersih jalan maupun selokan. Setiap orang yang ada disana tidak perlu dipaksa untuk mengikuti kegiatan itu. Akan tetapi mereka memiliki kesadaran akan hal demikian. Sistem sosial yang tercipta secara abstrak itu telah merasuki pikiran warga yang ada disana. Mereka dengan otomatis bergerak mengikuti alur yang sifatnya eksternal diluar individu-individu yang ada. Ketika ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial, mereka tidak perlu disuruh untuk ikut serta dalam kegiatan itu. akan tetapi sistem sosial telah menggerakkan mereka dalam kesadaran kolektif.
Akan tetapi, apakah kesadaran kolektif yang ada itu benar-benar berasal dari individu-individu yang berada di dalam masyarakat. Ternyata sistem sosial tersebut terdapat semacam sanksi sosial yang akan menghukum setiap individu yang tidak mau mengikuti aturan nilai dan kebiasaan  yang ada. Setiap individu yang tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan seperti kerjabakti. Mereka dibiarkan oleh masyarakat yang ada disana, individu itu akan dengan otomatis memperoleh sanksi sosial dari masyarakat. Sanksi sosial itu berupa sikap pengucilan masyarakat terhadap individu yang membangkang seperti demikian. Pengucilan itulah yang akhirnya membuat individu merasa malu yang akhirnya membuat dia tidak mau meninggalkan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Hal ini sudah cukup jelas bahwa individu disana dibentuk oleh kondisi sosial masyarakat.

2.7 GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN INDRAMAYU DAN RAGAM BUDAYANYA
Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Indramayu yang merupakan pusat pemerintahan, sedangkan titik keramaian justru berada di kecamatan Jatibarang dan Haurgeulis, hal ini dikarenakan di Jatibarang terdapat pusat Pasar dan memiliki akses yang mudah seperti Jalur Pantura dan Stasiun Kereta Api, hal yang sama juga terjadi untuk Kecamatan Haurgeulis meski tak dilewati secara langsung oleh Jalur Pantura, namun Kecamatan ini dilalui oleh Jalur Kereta Api. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang di Selatan, serta Kabupaten Subang di barat. Kabupaten Indramayu terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 315 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Indramayu. Hari jadi Kabupaten Indramayu ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 1527. Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Kabupaten ini juga dilintasi oleh jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan salah satu stasiun terbesarnya adalah Stasiun Jatibarang yang berada di kota Jatibarang, sekitar 19 km ke selatan dari pusat Kota Indramayu.
Beberapa kecamatan-kecamatan penting di Wilayah Kabupaten Indramayu di antaranya adalah Indramayu, Jatibarang, Haurgeulis, Patrol, Karangampel, dan Terisi. Walaupun Indramayu berada di Jawa Barat yang notabene adalah tanah Pasundan yang berbudaya dan berbahasa Sunda, namun sebagian besar penduduk Indramayu mempergunakan Bahasa Cirebon dialek Indramayu, masyarakat setempat menyebutnya dengan Basa Dermayon, yakni dialek Bahasa Cirebon yang hampir serupa dengan Bahasa Cirebon yang dipergunakan di wilayah pusat Keraton Cirebon di Kota Cirebon, dalam Bahasa Cirebon dialek Indramayu tata bahasanya terbagi menjadi dua yakni Basa Besiken (dipergunakan untuk berbicara dalam tatanan resmi dan menghormati lawan bicara) dan Basa Ngoko (dipergunakan sehari-hari dalam pergaulan). Di bagian selatan dan barat daya kabupaten ini, beberapa wilayah menggunakan bahasa Sunda, mengingat sejarah kabupaten Indramayu yang dulu pernah masuk kedalam wilayah Kerajaan Galuh dan Sumedang Larang di Wilayah Selatan, sehingga mempengaruhi masyarakatnya berbahasa Sunda Khas Indramayu yang disebut Sunda Parean. 


1. TRANSPORTASI
Kabupaten Indramayu dilalui jalur utama pantura, yakni jalur nomor satu sebagai urat nadi perekonomian pulau Jawa, jalur pantura Indramayu mulai dari ruas Patrol-Lohbener-Jatibarang Kertasemaya. Juga jalur alternatif sebelah utara Indramayu-Karangampel-Krangkeng yang menuju ke arah Cirebon. Sebagai jalur alternatif bisa melalui jalur Lohbener lalu ke kota Indramayu kemudian ke Karangampel diteruskan ke arah Cirebon. Oleh karena Indramayu dilalui oleh jalur utama pantura, maka wilayah Indramayu menjadi tempat persinggahan dan perantauan dari daerah di timur pulau Jawa, dari para pendatang asal suku Jawa tersebut di Indramayu dapat ditemukan ragam percakapan bahasa Jawa disamping bahasa Cirebon dialek indramayu atau yang biasa disebut basa dermayon yang merupakan bahasa asli wilayah ini.
Ramainya wilayah pantura juga membuat para pendatang asal suku Sunda dari daerah selatan atau yang biasa disebut sebagai orang priyangan juga membawa masuk bahasa Sunda dialek priyangan kedalam wilayah Indramayu. Menurut budayawan Indramayu bapak Supali kasim, bahasa sunda terutama dialek selatan yang masuk ke Indramayu terutama di blok Karangjaya, desa Mangunjaya, kecamatan Anjatan kabupaten Indramayu yang letaknya tidak jauh dari pusat perdagangan di kecamatan Patrol dan kecamatan Sukra, asal usulnya adalah keluarga dari Bandung pada awal abad ke-20. Kabupaten Indramayu juga dilalui oleh jalur kereta api. Stasiun kereta api terbesar berada di Jatibarang dan merupakan salah satu stasiun besar yang ada di Daerah Operasi 3 Cirebon. 

2. BAHASA
Berikut ini kecamatan-kecamatan yang mempunyai dialek yang berbeda berdasarkan keterangan penelitian dan Peta Budaya Provinsi Jawa barat tahun 2011:
  1. Bahasa Cirebon dialek Dermayu : Indramayu, Balongan, Juntinyuat, kedokanbunder, Karangampel, Krangkeng, Sindang, Jatibarang, Sliyeg, Kertasmaya, Sukagumiwang, Losarang, Lelea (sebagian desa), Cantigi, Lohbener, Widasari, Tukdana, Bangodua, Cikedung, Patrol, Bongas, Gabuswetan dan Kandanghaur.
  2. Bahasa Sunda: , Kandanghaur (sebagian desa), Lelea, Haurgeulis.
  3. Wilayah dua bahasa atau wilayah percampuran Bahasa Sunda dan Bahasa Cirebon : Terisi, Kroya, Gantar, Anjatan, Sukra
3. SENI DAN BUDAYA
 
a) ORGAN TUNGGAL
Kesenian yang ada di Indramayu salah satunya adalah kesenian Organ Tunggal, yakni pentas musik di atas panggung dengan menggunakan Organ yakni alat musik besar seperti piano elektronis. Organ Tunggal ini biasanya dipentaskan hampir di setiap acara dan even, seperti acara tujuh belasan, juga pada hari raya keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, meskipun lebih sering dipentaskan pada acara-acara hajatan, seperti hajatan pernikahan dan khitanan. Selain di atas panggung, kesenian musik organ ini juga dipentaskan secara berkeliling kampung pada saat-saat tertentu, seperti pada Bulan Ramadhan. Dua di antaranya yang cukup ternama beserta artisnya adalah : Organ tunggal Rolani Electone dengan Aas Rolani dan organ tunggal Puspa Kirana dengan Dewi Kirana. Tidak jarang grup-grup ini mendapat job manggung di luar Indramayu, bahkan lintas provinsi.
 
b) TARI TOPENG
Seni tradisional lainnya adalah seni tari topeng, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu. Tari topeng adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan.
Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng Kelana Kencana Wungu yang merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga yang tergila-tergila kepadanya.
Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menak Jingga (disebut juga Kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, temperamental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja. Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.Kesenian tari topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Indramayu adalah sanggar tari topeng Mimi Rasinah, yang terletak di Desa pekandangan, Indramayu. Mimi Rasinah adalah salah satu maestro tari topeng yang masih aktif menari dan mengajarkan kesenian tari topeng walaupun dia telah menderita lumpuh semenjak tahun 2006, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010. 

c) WAYANG KULIT
Seperti masyarakat Jawa dan Cirebon pada umumnya, kesenian Wayang masih kental melekat pada masyarakat Indramayu. Wayang Kulit Indramayu sebenarnya tak ada bedanya dengan wayang kulit Cirebon, perbedaanya hanya terletak pada bahasa yang digunakannya, yaitu bahasa Cirebon dialek indramayu atau yang biasa dikenal dengan basa dermayon yang khas dalam tuturannya, baik lakon maupun sempal guyonnya.
Wayang kulit indramayu merupakan ragam khas wayang kulit cirebon, dimana sebenarnya wayang kulit cirebon masih serupa dengan wayang kulit purwa, namun memiliki ciri khasnya tersendiri jika ditinjau dari sudut seni kriya, wayang kulit cirebon dibuat cukup jauh berbeda dengan tatahan dan sungingan wayang kulit purwa, adapun bentuk wayang kulit cirebon ini agak mirip dengan wayang kulit bali tetapi ukurannya lebih langsing.
Pementasan Wayang Kulit masih sering diselenggarakan pada momen tertentu seperti hajatan, ataupun dipentaskan sebagai bagian dari adat tradisional lainnya, seperti Mapag Sri, Ngarot, Nadran, Ruwatan dan sebagainya. Dimana pada acara adat tersebut, pementasan wayang kulit menjadi suatu keharusan, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari acara itu sendiri.
Beberapa Dalang Wayang Kulit terkenal Indramayu adalah H. Anom Rusdi bersama Grup Langen Budaya dan H. Tomo bersama Grup Langen Kusuma
 
d) MAPAG DEWI SRI
Pesta rakyat Mapag Dewi Sri ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat merupakan kegiatan yang wajib diadakan setiap tahun. Konon pada tahun 1970-an kegiatan ini pernah tidak dilaksanakan karena hasil panen sedikit, karena tidak dilaksanakannya pesta rakyat Mapag Dewi Sri akibatnya banyak masyarakat setempat yang sakit. Semenjak kejadian itu, sekecil apapun hasi panen yang diperoleh, pesta rakyat Mapag Dewi Sri harus tetap dilaksanakan.
 
e) SINTREN
Kebudayaan masyarakat Jawa yang melekat pada masyarakat Indramayu salah satunya adalah Sintren, Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Jawa, khususnya Pekalongan. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu. Sintren disebut juga dengan lais. Di Indramayu sendiri, kesenian Sintren dipentaskan pada acara-acara tertentu, misalkan hajatan atau syukuran, atau pentas seni tradisional. Dahulu ada pentas seni Sintren yang berkeliling kampung, namun sekarang sudah sangat sulit untuk ditemukan karena semakin tergeser oleh pentas dan hiburan modern.
 
f) TARLING
Tarling merupakan seni musik dan lagu yang pada awalnya ditampilkan dalam bentuk nyanyian (kiser) yang diiringi oleh gitar dan suling saja. Sejalan dengan perkembangan zaman, kesenian Tarling mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat. Saat ini Tarling sudah dilengkapi dengan alat-alat musik yang modern. Kendati pun demikian Tarling klasik masih banyak diminati oleh wisatawan. Salah seorang Maestro tarling klasik yang di kenal masyarakat Indramayu adalah (Almh) Hj.Dariyah dengan grup Cahaya Muda yang di pimpinnya.
 
g) GENJRING AKROBAT
Salah satu jenis kesenian tradisional masyarakat Indramayu, yaitu pertunjukan berupa akrobat/atraksi dengan media tangga, sepeda beroda satu dan sebagainya. Kesenian Genjring Akrobat dalam penyajiannya diiringi alat musik Genjring/Rebana dengan dilengkapi tari Rudat.
 
h) SANDIWARA
Sandiwara adalah sebuah pertunjukan pentasan sebuah cerita atau disebut pula lakon dalam bahasa Cirebon. Sandiwara yang dipertunjukan di wilayah-wilayah budaya suku Cirebon merupakan hasil alkulturasi budaya eropa yang dibawa oleh bangsa Portugis pada abad ke 16 yang terlihat dari setingan panggungnya.
Sandiwara di Indramayu mirip dengan seni pertunjukkan masres yang ada di wilayah Cirebon dan hampir serupa dengan seni pertunjukan ketoprak yang ada di daerah Jawa Tengah dan Timur, kemiripan dengan seni pertunjukan masres ini dikarenakan masres dan sandiwara indramayu berasal dari akar budaya Cirebon yang sama namun hanya berbeda dalam penggunaan bahasa, bahasa Cirebon dialek indramayu atau yang biasa disebut basa dermayon lebih dominan pada pertunjukan sandiwara indramayu, di Indramayu seni drama sebagian besar mengisahkan tentang legenda dan sejarah. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan skenario atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak improvisasi.
 
i) BEROKAN
Berokan adalah yang mirip dengan barongsai yang diadakan setiap hari raya Idul Fitri, tepatnya setelah sholat hari raya. Biasanya yang menjadi berokan memakai topeng menyeramkan dan baju berupa kurungan namun ada juga yang berbentuk lucu. Pengiringnya ada dua, yang pertama adalah yang meminta beras kepada warga dan yang kedua adalah sekelompok orang yang memainkan alat musik. Cara memanggilnya yaitu dengan berteriak "galak, gloak" maka sang berokan akan mengejar siapapun yang memanggilnya. Berokan ini akan berkeliling kampung mulai dari hari pertama Idul Fitri sampai 2 atau 3 hari sesudahnya.
 
j) SINGA DEPOK & KEBO NGAMUK
Kesenian yang mirip dengan sisingaan dari Subang, ini sudah mulai di modifikasi dengan adanya "Kebo Ngamuk" dan "burok" 
 
4. CINDERA MATA
 
a) BATIK TULIS PAOMAN
Batik yang berciri khas pesisir, memiliki corak yang berbeda dengan batik daerah lainnya. Perpaduan antara kepercayaan, adat istiadat, seni dan lingkungan kehidupan daerah pesisir, ditambah lagi adanya pengaruh dari luar, seperti Cina, Arab dan Timur Tengah, Hindu-Jawa serta Eropa ikut memengaruhi terbentuknya motif dan karakter batik tulis pesisir.
Industri kerajinan batik tulis ini terdapat di Kelurahan Paoman, Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu dan Terusan, Sindang, Indramayu. Kualitas dari batik yang mem punyai ± 200 motif ini telah mampu menembus pasaran internasional, terutama para kolektor batik dari mancanegara.
b) KERAJINAN BORDIR
Kerajinan bordir berkembang cukup pesat di Indramayu, terletak di Desa Sukawera , Kecamatan Kertasemaya ± 6 kilometer dari Kota Jatibarang atau 22 kolimeter dari Kota Indramayu. Motif yang cukup terkenal adalah motif seruni, tapak kebo, bunga tulip, lunglungan, hasil produksinya mampu memenuhi permintaan pasar regional dan Nasional. Indramayu merupakan daerah yang sangat menarik untuk dikunjungi,karena letaknya yang sangat strategis yaitu disepanjang jalan pantai utara Pulau Jawa.

5. KULINER   
Kuliner Indramayu tak jauh beda dengan kuliner Cirebon, di samping mempunyai kuliner khas Cirebonan yakni khas daerah Indramayu dan Cirebon, Indramayu juga punya beberapa kuliner khas Dermayonan yakni khas Indramayu.
 
a) PEDESAN ENTOG
Kuliner ini khas Dermayonan, terbuat dari daging itik atau entog yang diracik dengan bumbu pedas yang khas;   
b) BUBUR INDRAMAYU
Bubur ini asli Dermayonan, bubur ini memadukan bubur ayam dengan soto, maka dari itu bubur ini sering juga disebut dengan bubur soto;
c) RUMBAH
Rumbah disebut juga dengan urab, pecel atau rujak, di Indramayu rumbah adalah sayuran yang sudah direbus, kemudian dilumuri dengan sambal asam, bisa ditambah dengan lontong, mi dan kerupuk melarat khas Cirebonan;
d) NAGASARI
Kue khas Dermayonan ini terbuat dari tepung beras berisikan pisang yang dibungkus dengan daun pisang. Nagasari disebut juga dengan pipis.
e) KOCI
Tak jauh beda dengan Nagasari, kue koci terbuat dari tepung beras yang dibalut daun pisang, bisa berisikan kacang, gula merah atau parutan kelapa. Yang membedakannya adalah bentuknya yang mengerucut atau mancung sehingga disebut juga dengan pipis monyong;
f) KERIPIK MANGGA
Makanan olahan khas Dermayonan ini terbuat dari hasil bumi Indramayu yang terkenal yakni mangga, ini merupakan inovasi terbaru dalam mengolah mangga yang sebelumnya hanya dinikmati dalam bentuk buah saja.
g) BURBAHCEK
Bubur Rumbah Cecek yang memadukan bubur ayam, rumbah dan cecek (kikil) kulit sapi atau kerbau, yang sekarang makanan ini sudah hampir punah
h) KERUPUK UDANG
Kerupuk udang adalah sejenis kerupuk yang terbuat dari campuran adonan tepung terigu dengan udang ditambah bumbu lainnya sehingga menimbulkan rasa lezat dan nikmat.
i) TERASI
Terasi terbuat dari rebon yaitu udang kecil yang dihaluskan, terasi mungkin layak untuk menjadi makanan tambahan yang memang harus diolah menjadi sambal dulu biar terasa nikmat.
j) CIMPLO
Sejenis apem biasa digunakan untuk upacara adat menjelang tanam, maupun panen padi, mkanan ini biasa dicampur gula merah dan santan.
k) KERIPIK MELINJO
l) DODOL MANGGA

6. HASIL BUMI
Hasil bumi Indramayu adalah padi, walaupun bukan penghasil padi terbesar, namun masyarakat Indramayu umumnya memiliki mata pencarian sebagai petani, dan sebagian besar wilayah Indramayu merupakan lahan pertanian, bahkan bisa ditemukan persawahan walaupun berada di pusat kota Indramayu. Selain padi, hasil bumi yang paling terkenal adalah Mangga, jenis mangga khas Indramayu sendiri disebut Mangga Cengkir oleh masyarakat setempat. Mangga ini terkenal enak dan manis, tak ayal di sepanjang jalur utama Indramayu banyak pedagang buah mangga sebagai oleh-oleh khas Indramayu. Dari hasil bumi yang satu inilah, Indramayu mendapat julukan sebagai Kota Mangga. Memang tak afdal rasanya jika berkunjung ke Indramayu tanpa membeli atau mencicipi mangga Indramayu. Indramayu juga terkenal kaya akan sumberdaya migas, salah satu kilang minyak besar yang ada di Indramayu adalah Kilang Minyak Balongan yang berada di Kecamatan Balongan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Dalam kaitannya dengan sistem budaya yang ada. Pada akhirnya ketika sistem sosial yang ada di dalam masyarakat membentuk sebuah sistem budaya. Sistem budaya yang ada itu bersifat abstrak dan mempengaruhi pola pikir individu-individu di dalamnya. Jika budaya orang Indramayu dikatakan memiliki sikap ramah terhadap orang lain. Hal itu karena memang lingkungan sosial yang membentuk individu-individu di dalam lingkungan sosial masyarakat Indramayu mengajarkan sikap ramah terhadap orang lain.

Jika orang jawa memiliki sikap ramah terhadap orang lain, itu karena memang sistem sosial orang jawa yang mengajarkan kepada individu-individu suku jawa untuk bersikap ramah kepada orang lain. Dari berbagai sistem sosial orang Indramayu maupun orang jawa yang mengajarkan kepada setiap individu untuk bersikap ramah kepada orang lain. Maka sistem sosial itu akan menjadi sebuah budaya bahwa orang Indramayu maupun orang jawa, yaitu dengan memiliki budaya bersikap ramah terhadap orang lain.

Jika dianalisis lebih dalam dari berbagai contoh yang ada diatas. Memang ternyata ada kaitannya antara sistem sosial yang membentuk individu dengan sistem budaya yang ada. Bisa disimpulkan bahwa untuk mempertahankan sistem budaya yang ada di lingkungan masyarakat tertentu, misalnya saja di dalam sistem budaya masyarakat Indramayu, Maka sistem sosial yang ada di dalam masyarakat itu haruslah masih berkorelasi dengan sistem budaya yang ada.

Dapat dikatakan bahwa sistem budaya merupakan lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan sistem sosial. Sistem budaya merupakan wadah bagi sistem sosial, dan sistem sosial merupakan konkritisasi dari sistem budaya, yang mana dia memiliki fungsi untuk membentuk karakter individu-individu agar memiliki sikap yang bisa mencerminkan budaya yang dianut di dalam masyarakat itu.

Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya ramah. Dapat disimpulkan bahwa sikap ramah itu dapat tercipta karena sistem sosial yang ada di dalam masyarakat Indonesia mengajarkan kepada individu-individu untuk bersikap ramah. Sebagai warga Indonesia, kita patut bangga dengan budaya yang ada di Indonesia. Wilayah Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam, akan tetapi Indonesia masih tetap mampu terintegrasi dengan baik. Dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang hebat, karena Indonesia memiliki solidaritas yang sangat kuat meskipun memiliki berbagai perbedaan yang ada.

3.2 SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia, perlu lebih di tingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya control nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.
  1. Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda beda.
  2. Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.

DAFTAR PUSTAKA
  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_sosial_budaya_Indonesia
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Indramayu
  4. https://trimahendrasosiologi.wordpress.com/2013/11/02/sistem-sosial-dengan-sistem-budaya-yang-ada-di-daerah-kabupaten-banyuwangi/

TUGAS MAKALAH SOSIAL BUDAYA DASAR

MAKALAH MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN Disusun Oleh : FAHRI GUMILANG Untuk Memenuhi Penilaian Mata Kul...